Total Tayangan Halaman

LAPORAN PRAKTIKUM & PEMBAHASAN PENETAPAN KADAR BESI (II) SULFAT / FeSO4 DENGAN METODE PERMANGANOMETRI


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
PENETAPAN KADAR BESI(II) SULFAT DENGAN METODE PERMANGANOMETRI
Oleh: Nurshasa Awalia
A.    TUJUAN PERCOBAAN
·         Pembakuan Larutan KMnO4 0,1 N
·         Penetapan Kadar Besi(II) Sulfat Dengan Metode Permanganometri
B.     LANDASAN TEORI
Permanganometri adalah suatu cara penetapan kadar zat berdasarkan atas reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO4 ( Becket, 1968). Kalium Permanganat adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada pH larutannya (W. Harjadi, 1993)
Kekuatan KMnO4 sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH berbeda itu. Reaksi yang bermacam ragam ini disebabkan oleh keragaman valensi Mangan, dari 1 sampai dengan 7 yang semuanya stabil keciali valensi 1 dan 5 (W. Harjadi, 1993)
Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut:
a)      Dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih
MnO­4- + 8H+ + 5e D Mn2+ + 4H2O                                 Eo= 1.51 volt
b)     Dalam larutan netral, pH 4-10
MnO­4- + 4H+ + 3e D MnO2 + 2H2O                                Eo= 1.70 volt
c)      Dalam larutan basa, [OH-] 0,1 N atau lebih
MnO­4- + e D MnO­42-                                                                          Eo= 0,56 volt
Kebanyakan titrasi permanganometri dilakukan dalam suasana asam seperti pada persamaan (a). Potensial standar dari larutan asam ini adalah sebesar (Eo = 1,51 volt). Jadi Kalium Permanganat merupakan oksidator yang sangat kuat (Rahman, 2007)
Dari persamaan reaksi (a) di atas dapat diketahui bahwa berat ekivalen (BE) KMnO4 adalah seperlima dari berat molekulnya (BE=1/5 BM), karena tiap mol Kalium Permanganat setara dengan 5 elektron dan valensinya adalah 5. Sedangkan dalam medium basa atau medium yang agak netral, permanganat bersifat oksidator lemah. BE KMnO4 dalam medium basa adalah 1/3 BMnya.
Biasanya dalam pembentukan suasana asam, yang digunakan adalah Asam Sulfat pekat (H2SO4) bukan Asam Klorida. Alasan kenapa asam yang digunakan harus H2SO4 bukan HCl adalah karena H2SO4 tidak bereaksi dengan KMnO4. Berbeda dengan HCl, HCl dapat bereaksi dengan KMnO4 dengan reaksi:
2MnO4- + 16H+ + 10Cl- D 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Yang diharapkan terjadi adalah reaksi antara sampel dengan KMnO4. Sehingga setiap tetes KMnO4 yang turun dari buret dapat menggambarkan dari 2 mol Na2C2O4. Namun keberadaan Cl- dari HCl akan mengganggu reaksi ion MnO42- yang harusnya bereaksi dengan C2O42- juga akan bereaksi dengan ion Cl- membentuk klorin. Sehinga volume titrasi yang didapat tidak benar-benar menggambarkan normalitasnya.
Reaksi ini terjadi terutama dengan garam garam besi. Adanya Mangan dapat mempercepat peruraian permanganat karena Mangan dapat bereaksi dengan permanganat membentuk mangan dioksida dengan reaksi sebagai berikut:
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O D 2MnO2 + 4H+
Meski ini berjalan lambat dalam suana asam, akan tetapi dalam suasana netral berjalan sangat cepat (Rohman, 2007). Karena aquades umumnya mengandung zat-zatorganik yang dapat mereduksi, maka sering terjadi peruraian sendiri dalam penyimpanan larutan KMnO4 menurut reaksi :
4MnO4- + 2H2O D 4MnO2 + 3O2 + 4OH-
Kalium Permanganat dapat digunakan sebagai indikator jika digunakan sebagai titran. Sebab kelebihan sedikit saja Kalium Permanganat menyebabkan larutan menjadi merah muda terang. Larutan KMnO4 tidak stabil jika terkena udara secara langsung dan jika terkontaminasi zat-zat organik tertentu.
Oleh karena itu dalam Official Compendium tercantum uji “bahan yang mereduksi permanganat” dan uji “bahan yang mudah mengoksidasi”. Uji ini dibuat untuk mencek keberadaan kontaminan tertentu yang mampu menghilangkan warna larutan encer permanganat.
MONOGRAFI FERRO SULFAT/BESI (II) SULFAT (FeSO4)
Besi (II) Sufat mengandung tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 90% FeSO4
Pemerian   : serbuk putih kebiruan, rasa logam sepat
Kelarutan  : perlahan-lahan larut hampir sempurna dalam air bebas CO2
C.    METODE KERJA
1.      Alat
·         Neraca analitik     
·         Gelas Arloji
·         Erlenmeyer
·         Propipet
·         Pipet ukur
·         Pipet volume
·         Pipet tetes
·         Sendok
·         Termometer
·         Buret
·         Statif
·         Kompor listrik
2.      Bahan
·         KMnO4 0,1 N
·         H2SO4 pekat
·         H2SO4 encer
·         Aquades
·         Na2C2O4
·         FeSO4
3.      Cara Kerja
a.       Pembakuan larutan KMnO4
Timbang seksama natrium oksalat 100mg, yang sebelumnya  telah dikeringkan pada suhu 110oC hingga bobot tetap, larutkan dalam 50 ml air. Tambahkan 7 ml H2SO4 pekat, panaskan hingga suhu 70oC dan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMn04 dari buret bertutup kaca, sambil digoyang-goyang, hingga terjadi warna merah jambu pucat yang mantap selama 15 detik. Suhu akhir titrasi tidak boleh kurang dari 60oC (Jenkins, 1957; Anonim, 1979).
b.      Penetapan kadar Besi (II) Sulfat
Timbang seksama 200 mg Besi (II) Sulfat, larutkan dalam 25 ml air dan 25 ml asam sulfat encer, titrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga warna merah muda mantap.
D.    RANCANGAN ANALISIS


E.     PERHITUNGAN
                     

F.     PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yang kami lakukan adalah menetapkan kadar Besi (II) Sulfat dengan metode permanganometri. Sedikit diulas kembali, Permanganometri merupakan suatu metode untuk menetapkan kadar suatu zat tertentu berdasarkan pada reaksi reduksi oksidasi (redoks) dengan Kalium Permanganat.
KMnO4 disini bertindak sebagai oksidator kuat yang daoat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada pH larutannya. Begitupula dengan kekuatannya sebagai oksidator, juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu.
Reaksi KMnO4 berlangsung sebagai berikut:
a)      Dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih
MnO­4- + 8H+ + 5e D Mn2+ + 4H2O                           Eo= 1.51 volt
b)     Dalam larutan netral, pH 4-10
MnO­4- + 4H+ + 3e D MnO2 + 2H2O              Eo= 1.70 volt
c)      Dalam larutan basa, [OH-] 0,1 N atau lebih
MnO­4- + e D MnO­42-                                                                  Eo= 0,56 volt
Saat praktikum penetapan kadar FeSO4 maupun pada saat pembakuan KMnO4, reaksi yang terjadi didasarkan pada persamaan (a). Berikut pembahasan hasil percobaan yang dilakukan.
1.      Pembakuan KMnO­4
KMnO4 sebagai titran/larutan baku sekunder, sifatnya mudah sekali terurai. Yang mana penguraiannya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2- biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat autokatalitik. Sehingga untuk mempersiapkan, larutan standar KMnO4 sebelum digunakan untuk penetapan kadar FeSO4 harus distandarisasi terlebih dahulu dengan baku primer. Baku primer yang dapat digunakan untuk menstandarisasi KMnO4 adalah asam oksalat dan natrium oksalat.
Natrium oksalat, Na­2C2O4 adalah standar primer terbaik untuk menstandarisasi larutan KMnO4  karena dapat diperoleh dalam kondisi yang sangat murni, stabil pada saat pengeringan dan bersifat nonhigroskopis. Berikut reaksi yang terjadi: 
Reaksi antara Na2C2O  dengan KMnO4 ini berlangsung dalam suasana asam. Alasan kenapa asam yang digunakan harus H2SO4 bukan HCl adalah karena H2SO4 tidak bereaksi dengan KMnO4. Berbeda dengan HCl, HCl dapat bereaksi dengan KMnO4 dengan reaksi:
2MnO4- + 16H+ + 10Cl- D 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Yang diharapkan terjadi adalah reaksi antara sampel dengan KMnO4. Sehingga setiap tetes KMnO4 yang turun dari buret dapat menggambarkan dari 2 mol Na2C2O4. Namun keberadaan Cl- dari HCl akan mengganggu reaksi ion MnO42- yang harusnya bereaksi dengan C2O42- juga akan bereaksi dengan ion Cl- membentuk klorin. Sehinga volume titrasi yang didapat tidak benar-benar menggambarkan normalitasnya.
Selain memilih asam yang digunakan untuk memberikan suasana asam saat standarisasi KMnO4, pada prosedur kerjanya juga dilakukan pemanasan. Berikut alasan mengapa pemanasan saat pembakuan KMnO4 sangat diperlukan:
Reaktan
(0,1 N setelah dicampur)
Waktu untuk reaksi berjalan 99% setelah dicampur
Katalisator
CeIV + FeII (H2SO4 0,5M)
~10-2 detik
-
CeIV + Fe(CN)64- (H2SO4)
~10-2 detik
-
CuII + I- (pH 3-4)
~1 detik
-
Fe2+ + MnO4- (H2SO4)
~1 detik
-
CeIV + SnII (H2SO4)
~100 detik
-
IO3- + I- (pH >7)
sangat lambat (± bereaksi 0,1% dalam 30 menit)
H+
MnO4- + C2O42- (H2SO4)
sangat lambat
MnII
FeIII + SnII (HClO4)
sangat lambat
OH-, ion halida
Pada tabel di atas terlihat bagaimana kecepatan reaksi redoks antara Na2C2O4 ­dengan KMnO4 berjalan sangat lambat pada suhu kamar, untuk itulah perlu dibantu dengan pemansan agar reaksi berlangsung lebih cepat.
Untuk penentuan titik akhir titrasi, metode Permanganometri ini khas sekali, yakni tidak perlu penambahan indikator dari luar. Karena kelebihan sedikit saja KMnO4 akan membuat larutan berwarna merah jambu muda terang (Jenkins, 1957). Sebanyak 0,01 ml KMnO4 dalam 100 ml larutan telah dapat dilihat warna ungunya.
Pada percobaan diperlukan 7,4 ml dan 7,5 larutan KMnO4 untuk 2x replikasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah jambu pucat. Normalitas hasil pembakuan yang diperoleh adalah 0,102 N dan 0,100 N. Rata-rata normalitasnya sebesar 0,101 N.
2.      Penetapan Kadar FeSO4
Untuk penetapan kadar kandungan FeSO4 dalam sampel yang diujikan, prinsipnya tidak jauh berbeda dengan standariasi larutan KMnO4 . Sama-sama mengalami reaksi reduksi oksidasi. KMnO4 berperan sebagai oksidator, akan mengoksidasi Ferro (Fe2+) menjadi Ferri (Fe3+) dan KMnO4nya sendiri akan mengalami reduksi menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Berikut reaksinya:
Asam yang ditambahkan juga sama-sam HSO4. Yang membedakannya adalah pemanasan. Jika pada standarisasi larutan KMnO4 menggunakan pemanasan pada prosedur kerja titrasinya, maka saat penetapan kadar FeSO4 tidak perlu pemanasan. Hal ini dapat dilihat pada tabel kecepatan reaksi reduksi oksidasi antar beberapa zat (tabel sebelumnya). Dalam tabel, terlihat bahwa waktu yang diperlukan untuk berjalannya reaksi 99% setelah FeSO4 ditambahkan KMnO4 hanya 1 detik saja. Artinya reaksinya berjalan cepat. Tidak memerlukan pemanasan.
Kadar masing-masing FeSO­4 dalam sampel yang diuji pada ketiga replikasi yang dilakukan yakni: 56,555;54,32%;57,23% dengan rata-rata kadar sebesar 56,03%. Dari hasil uji statistik yang dilakukan, nilai CV yang diperoleh adalah <5% yakni 2,72%. Nilai ini menunjukkan sebaran/selisih data hasil percobaan tidak terlalu besar. Begitupula dengan nilai X ± LE mempunyai rentang 54,383% - 57,677% dan semua data kadar yang didapat semuanya masuk dalam rentang tersebut, tidak ada yang menyimpang lebih kecil ataupun lebih besar. Artinya semua data dapat diterima.
G.    KESIMPULAN
1.      Normalitas KMnO4 hasil pembakuan adalah 0,101 N.
2.      Kadar FeSO­4 dalam sampel adalah 56,03%.
H.    DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid I Edisi III. Jakarta: Erlangga
Day, R., A., & Underwood, A., 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Khopkhar, S., M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Shevla, G, 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta, Pustaka Pelajar



Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DENGAN METODE TITRASI ALKALIMETRI

[PPT] DIURETIK & ANTIDIURETIK