DUNIA KEFARMASIAN: SEDIAAN SOLID - TABULAE/TABLET
TABULAE (TABLET)
A. Definisi Tablet
1.
Menurut Farmakope Indonesia (FI) Edisi III Th. 1979
Tablet
adalah sediaan kempa, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
2.
Menurut Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV Th. 1995
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi
3.
Menurut United State Pharmacope (USP Hal. 2406)
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung
substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi
4.
Menurut Moh. Anief Dalam “Ilmu Meracik Obat”
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak,
berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat dengan
atau tanpa zat tambahan
B. Keuntungan dan Kerugian Tablet
1.
Keuntungan
Sediaan tablet
sangat mudah dijumpai dimana-mana, tablet banyak digunakan karena memiliki
beberapa keuntungan seperti:
a.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang biaya pembuatannya
paling rendah
b.
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling kompak
dan paling ringan
c.
Tablet merupakan sediaan oral yang paling mudah
diproduksi secara besar-besaran
d.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling rendah
e.
Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan
khusus, seperti pelepasan di usus, atau produk lepas lambat
f.
Tablet merupakan bentuk sediaann oral yang memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
g.
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah
dan murah untuk dikemas serta dikirim (Lachman dkk, 1986)
2.
Kerugian
Di samping
keuntungan yang telah disebutkan di atas, tentunya beberapa kekurangan tablet
perlu diperhatikan terkait penggunaannya, contohnya:
a.
Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan
kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis
b.
Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya
cukupan atau tinggi, absorbsi pptimumnya tinggi melalui saluran cerna atau
setiap kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi
dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas
obat cukup
c.
Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat
dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu
pengkapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau
memerlukan dulu. Pada keadaan ini kapsul merupakan jalan keluar yang baik,
bukan tablet (Lachman dkk, 1986)
C. Komponen Penyusun Tablet
1.
Zat aktif (harus memenuhi
peryaratan yang ditentukan Farmakope)
2.
Bahan Eksipien / Bahan tambahan
Suatu
formulasi tablet berisi bahan obat dan bahan tambahan yang diperlukan untuk membantu
proes pembuatan dan memperbaiki sifat tablet yang dihasilkan. Pada
dasarnya, bahan tambahan tablet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak
berasa, dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984) Berdasarkan fungsinya
dalam suatu formulasi tablet, bahan eksipien dibedakan menjadi 2 yakni Eksipien Utama dan Eksipien Pendukung.
Eksipien utama adalah eksipien yang harus ada
dala formulasi untuk Membantu massa sediaan
dalam proses pembuatan, disolusi zat aktif, sehingga diperoleh produk bermutu
contoh ekspien utama yaitu pengisi,
penghancur, pengikat, pelicin. Sedangkan eksipien pendukung adalah eksipien
yang tidak harus ada dalam formulasi sediaan dan diperlukan untuk
menyempurnakan sediaan yang dibuat seperti pewarna, flavour, pengawet.
Adapun penjelasan dari berbagai eksipien
yaitu:
a.
Bahan Pengisi (diulent)
Bahan Pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume/ masa tablet agar
mudah dibuat dan dicetak (Anief, 2000).
Berdasarkan kelarutannya dalam air, bahan pengisi dibedakan menjadi 2 yaitu
bahan pengisi yang larut dalam air seperti Laktosa (Laktosa Anhidrat, Laktosa Monohidrat, Spray
Dried Lactose),
Sukrosa, Manitol (terutama untuk tablet hisap), Sorbitol, Dan bahan pengisi yang tidak larut air
misalnya Dikalsium Posfat, Kalsium Fosfat dan Amilum/Pati (Sheth dkk,
1980).
Bahan pengisi harus memenuhi beberapa
kriteria yaitu
1) Harus nontoksis dan dapat memenuhi
peraturan-peraturan dari negara dimana produk tersebut akan dipasarkan
2) Harus tersedia dalam jumlah yang cukup di
semua negara tempat produk itu dibuat
3) Harganya harus cukup murah
4) Tidak boleh saling berkontraindikasi
5) Secara fisiologis harus inert atau netral
6) Harus stabil secara fisika dan kimia
7) Harus bebas dari segala mikroba
8) Harus color
compatible (tidak boleh mengganggu warna)
9) Bila obat itu termasuk sebagai makanan
(produk-produk vitamin tertentu) bahan pengisi dan bahan pembantu lainnya harus
mendapat persetujuan sebagai bahan aditif pada makanan
10) Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas
b.
Bahan Pengikat (binder)
Bahan pengikat dimaksudkan untuk mengikat obet dengan bahan tambahannya,
sehingga diperoleh granul yang baik dan tablet menjadi kompak dan tidak mudah
pecah. Penggunaan larutan pengikat yang berlebihan akan menghasilkan masa yang
terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan
mempunyai waktu hancur yang lama. Sedangkan penggunaan larutan pengikat yang
terlalu sedikit akan menyebabkan perlekatannya lemah sehingga tablet yang
dihasilkan akan rapuh (Parrott, 1971)
Bahan
pengikat memiliki sifat adhesif sehingga bila dicampur dengan serbuk akan
mengubah serbuk menjadi granul dan ketika dikempa akan menjadi kompak. Kriteria
pemilihan bahan pengikat adalah kompaktibilitasnya dengan komponen lain dalam
tablet dan harus dapat memberi daya kohesi yang cukup kepada serbuk-serbuk,
sehingga memungkinkan dilakukan proses selanjutnya (pengayakan, lubrikan,
pencetakan), namun tablet tetap dapat hancur dan melepaskan zat aktifnya untuk
diabsorbsi (Banker dan Anderson, 1986)
Dapat
diberikan dalam bentuk kering, mucilago atau larutan. Umumnya digunakan senyawa
dengan molekul besar (amylum). Contoh bahan pngikat yaitu: Amilum (5% - 15%),
Gelatin (5% - 20%), Etil selulosa (2% - 5%), Poli vinil pirolidon (2% - 10%),
Natrium alginat (2% - 10%)
c.
Bahan Penghancur (desintegran)
Bahan
penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika
berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi menarik air ke
dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil. Fragmen-fragmen itu sangat mungkin menentukan kelarutan obat
sehingga tercapai bioavailabilotas yang diinginkan (Lacman dkk, 1986)
Atau
dengan kata lain membantu hancurnya tablet setelah ditelan, sehingga zat aktif
bisa dilepaskan dari tablet dan bisa diabsorbsi untuk kemudian menimbulkan
efek.
Ada 3 cara (waktu) penambahan bahan
penghancur yaitu:
1)
Secara Eksternal, yaitu bahan penghancur dicampurkan pada granul
yang sudah kering bersama-sama dengan bahan pelicin sebelum dicetak menjadi
tablet.
2)
Secara Internal, yaitu dicampur bersama dengan zat aktif dan
pengisi kemudian dibuat masa granul dengan cairan pengikat.
3)
Secara Kombinasi, yakni secara internal dan secara eksternal.
Mula-mula bahan penghancur sebagian dicampurkan pada campuran bahan pengisi dan
zat aktif sebelum proses granulasi, dan sebagiannya lagi dicampurkan pada
granul yang sudah kering sebelum dicetak. (Sheth dkk, 1980)
Contoh bahan penghancur yaitu Amilum
kering (2%-10%), Asam alginat (2%-10%), Mikrokristal selulosa (1% -10%) dari
berat tablet.
d.
Bahan Pelicin
Bahan pelicin bertujuan untuk memudahkan keluarnya tablet dari ruang
cetak melalui pengurangan gesekan antar dinding dalam lubang ruang cetak dengan
permukaan sisi tablet, harus dapat mengurangi atau mencegah gesekan stempel
bawah pada lubang ruang cetak, sehingga stempel tidak macet (Voigt, 1984). Ada
3 macam bahan pelicin berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu:
1)
Lubricant, yaitu bahan yang digunakan untuk mengurangi gesekan
antara dinding die dengan ujung tablet selama pelepasan tablet. Kekurangan
bahan ini dapat menyebabkan bunyi mesin
bertambah keras dan terdapat bekas gesekan pada ujung tablet.
2)
Glidan, yaitu bahan yang diperlukan untuk memperbaiki sifat alir
dari granul dengan cara mengurangi gesekan antar partikel. Glidan dalam jumlah
cukup akan meberi aliran yang baik.
3)
Antiadherent, yaitu bahan yang berfungsi untuk mencegah
granul tablet atau bahan lainnya melekat pada dinding cetakan (Lachman dkk.,
1986)
3.
Ajuvans
a.
Bahan
pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas
produk.
b.
Bahan
pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak
enak, biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama dimulut.
c.
Bahan
penyalut (coating agent) berfungsi melapisi/menutupi seluruh permukaan tablet
dengan tujuan-tujuan tertentu misalnya menutuoi rasa dan bau obat yang tidak
enak.
D. Cara Pembuatan Tablet
Adapun cara pembuatan tablet, diperuntukkan dan disesuaikan dengan sifat
dari zat aktifnya, tidak semua tablet bisa secara kempa langsung, granulasi
basah dan granulasi basah. Setiap metode ditujukan untuk kriteria bahan yang
berbeda-beda. Jika zat aktif yang ingin dibuat memiliki sifat alir yang baik /
free flowing dan kompaktibilitasnya bagus maka langsung saja gunakan metode
kempa langsung.
Tetapi jika zat aktifnya tidak free flowing ataupun tidak
kompaktibilitas atau tidak keduanya, maka solusinya adalah gunakan metode
granulasi karena granulasi bisa meningkatkan/memperbaiki sifat alir bahan.
Namun untuk pemilihan metode mana yang akan digunakan antara granulasi basah
dan granulasi kering dilihat lagi dari segi ketahanan zat aktif terhadap lembab
dan pemanasan pada suhu tinggi. Berikut uraiannya:
1.
Metode Kempa
Langsung
Metode kempa
langsung dapat diartikan pembuatan tablet dengan pengempaan langsung dari bahan
yang berbentuk serbuk tanpa merubah karakteristik fisiknya. Sifat-sifat obat
yang pembuatannya dapat menggunakan kempa langsung yaitu:
1)
Mudah mengalir (free flowing)
Maksudnya yaitu
jumlah ahan yang mengalir dari hopper ke dalam ruang cetak selalu sama untuk
setiap saat, sehingga bobot tablet tidak memiliki variasi yang besar.
2)
Kompaktibilitas
Mengandung
pengertian jika bahan dikempa maka akan menjadi kompak sehingga dihasilkan
tablet yang cukup keras dan stabil dalam penyimpanan.
3)
Mudah Lepas Dari Cetakan
Dimaksudkan agar
tablet yang dicetak mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan
sehingga permukaan tabket halus dan licin (Sheth dkk, 1980)
Metode ini dinilai
masih memiliki beberapa keuntungan di antaranya adalah:
1)
Lebih ekonomis (hemat waktu dan energi)
2)
Meniadakan kebutuhan bahan untuk granulasi yang relatif
banyak dan mahal
3)
Sesuai untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan
kelembapan tinggi
4)
Menghindari kemungkinan perubahan zat aktif akibat
pengkristalan kembali
5)
Menghindari zat aktif dari tumbuhan mekanik yang
berlebihan
6)
Sangat mudah diadakan otomatisasi (Sheth dkk, 1980)
Selain itu juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:
1)
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulkantara obat
dan pengisi dapat menimbulkan peningkatan jumlah granul sehingga dapat
menimbulkan ketidaksegaraman isi obat dalam tablet.
2)
Obat dengan dosis tinggi dapat menimbulkan masalah dengan
kempa langsung bila tidak dikempa dengan obatnya sendiri.
3)
Dalam beberapa keadaan , pengisi dapat berinteraksi
dengan obat
4)
Karena kempa langsung keadaannya kering, sehingga tal
terjadi pencampuran. Hal ini dapat mencegah keseragaman distribusi obat dalam
granul (Lachman dkk, 1986; Ansel, 1985)
2.
Metode Granulasi
a.
Granulasi Basah
Pada metode ini,
granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhan larutan suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke dalam campuran serbuk karena
masa hanya lembab bukan basah atau seperti pasta, maka pelarut yang ditambahkan
tidak boleh berlebihan, karena itu, bila hanya sedikit saja dapat ditambahkan,
bahan pengikat ditambahkan bersama serbuk kering. Bila jumlahnya banyak
biasanya dilarutkan dalam cairan (Lachman dkk,1986)
Metode ini paling banyak
digunakan karena memiliki beberapa keuntungan yaitu:
1)
Kohesifitas dan kompresibilitas dapat diperbaiki dengan
adanya penambahan bahan pengikat yang akan melapisi tiap partikel serbuk,
sehingga partikel-partikel tersebut akan saling melekat membentuk granul.
2)
Untuk zat aktif dalam dosis tinggi yang punya sifat alir
dan kompresibilitas rendah, dapat dibuat dengan metode granulasi basah yang
membutuhkan bahan pengikat yang lebih sedikit
karena digunakan dalam bentuk larutan.
3)
Kecepatan pelepasan zat aktif yang bersifat hidrofob
dapat diperbaiki dengan memilih pelarut dan pengikat yang cocok.
b.
Granulasi Kering
Dalam metode ini
granul dibentuk dengan penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk,
kemudian dikempa menjadi tablet besar (slugging) setelah itu dipecahkan menjadi
granul yang lebih kecil. Dengan metode ini baik bahan aktif maupun bahan
pengisi harus memiliki sifat kohesi supaya masa yang jumlahnya besar dapat
dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan
metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya dibutuhnya temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1985)
Secara skematik
ketiga cara pembuatan tablet diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Kempa Langsung
|
Granulasi Basah
|
Granulasi
Kering
|
Bahan
Obat + Eksipien
Pencampuran
Penabletan
|
Bahan Obat + Pengisi
Ô
Pencampuran
Ô
Penambahan Pengikat
Ô
Pengayakan Basah
Ô
Pengeringan
Ô
Pengayakan Kering
Ô
Penimbangan
Ô
Penambahan Pelicin + Penghancur
Ô
Penabletan
|
Bahan Obat + Pengisi + Pengikat
Ô
Pencampuran
Ô
Slugging
Ô
Penghancuran
Ô
Pengayakan
Ô
Penimbangan
Ô
Penambahan Pelicin + Penghancur
Ô
Penabletan
|
E.
Macam-Macam Tablet
1.
Berdasarkan
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Dibedakan menjadi 2 bagian yakni tablet lokal
dan tablet sistemik
a.
Bekerja
lokal contohnya seperti tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut, dan ovula
pengobatan pada infeksi vagina
b.
Bekerja
sistemik contohnya tablet per oral. Tablet yang bekerja sistemik berdasarkan
lama kerjanya dapat dibedakan menjadi 2 yakni:
1)
Yang
bekerja short acting (jangka pendek), maksudnya efeknya hanya akan bertahan
selama beberapa jam, sehingga dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan
tablet.
2)
Yang
bekerja long acting (jangka panjang), sehingga dalam satu hari cukup menelan
satu tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi menjadi:
a)
Delayed
Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penangguhan
pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya sebagai berikut sebelum dicetak
granul-granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan,
kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa
saat. Kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari
mecamnya bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki granul-granul dari
semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
b)
Repeat
Action Tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama
pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul -
granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan disekeliling kelompok pertama
sehingga terbentuk tablet baru.
2.
Berdasarkan
Jenis Bahan Penyalut
Tujuan dilakukannya penyalutan pada tablet
diantaranya yaitu:
1)
Menutup
rasa, bau, atau warna
2)
Memberikan
perlindungan fisik dan kimia
3)
Pelepasan
terkontrol
4)
Melindungi
obat dari asam lambung dengan menggunakan salut enterik
5)
Mencegah
tercampurnya obat secara kimia, untuk mendapatkan pelepasan obat secara
berurutan
6)
Melindungi
zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara,
kelembaban atau cahaya.
7)
Memperbiki
penampilan dengan menggunakan warna khusus dan pencetakan kontras
Syarat-syarat bahan penyalut yakni:
1)
Larut
dalam pelarut yang digunakan
2)
Larut
dalam kondisi yang ditentukan ( mudah larut dalam air, sukar larut dalam air,
kelarutan tergantung pH (lapisan enterik))
3)
Dapat
menghasilkan produk yang elegan
4)
Stabil
dalam panas, cahaya, lembab dan bahan
yang akan disalut
5)
Tidak
berwarna, berbau dan rasa
6)
Serasi
dengan tambahan pelarut lainnya
7)
Tidak
tosik dan tiadak ada efek farmakologis,
serta mudah dipakai
8)
Tahan
retakan dan dapat melindungi obat dari kelembaban, cahaya dan bau
9)
Dapat
menutup sempurna
10) Pencetakan tanda identitas produk dapat mudah
dilakukan pada penggunaan mesin kecepatan tinggi
Macam - macam tablet salut
a. Tablet
salut biasa / salut gula (dragee)
Diperoleh melalui proses drageifikasi, tablet
dilapisi dengan larutan gula (atau suspensi gula) dan bahan pengisi. Gula
dilarutkan menggunakan air atau pelarut organik (sehingga nantinya akan mudah
diuapkan) kemudian dicampurkan ke dalam tablet inti (core). Lapisan
dibuat selapis demi selapis sehingga memerlukan waktu yang lama
Atau disalut dengan gula dari suspensi dalam
air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbohidrat, talk
atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama dan perlu penyalut tahan air.
Tahapan pembuatan salut gula :
1)
Penyalutan
Dasar (Sealing Tablet Core)
Mencegah
masuknya air kedalam core yang
dapat menyebabkan core melunak dan pecah sehingga stabilitas fisik dan
kimia produk akhir terganggu. Dilakukan jika tablet mengandung zat yang higroskopis,
menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak
masuk kedalam tablet.
2)
Penyalutan
dasar (subcoating)
Untuk
membulatkan tepi tablet dan meningkatkan ukuran tablet. Salut gula dapat
meningkatkan bobot tablet 50-100%. Digunakan larutan pengikat yang lekat,
diikuti penaburan serbuk pelapis dasar secara bergantian dilanjutkan
pengeringan. Dilakukan berulang-ulang hingga tepi tablet hilang dan diperoleh
ketebalan tablet yang diharapkan. Disini proses pengeringan merupakan tahapan
kritis
3)
Melicinkan
(smoothing)
Adalah
proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup. Untuk
menutup dan mengisi cacat yang dihasilan tahap pelapisan dasar.
4)
Pewarnaan
(coloring)
Dilakukan
dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin. Sirup kasar yang
mengandung serbuk tersuspensi dan pewarna encer diberikan pertama kali untuk
mempermudah pewarnaan selanjutnya. Pewarnaan berikutnya akan ditambahkan jika
tablet sudah halus, jika tidak akan diperoleh bintik-bintik warna
5)
Pengilapan
(polishing)
Merupakan
tahap akhir dari salut gula. Menggunakan serbuk
lilin (lilin lebah atau karnauba) atau menggunakan larutan hangat dari
lilin tersebut dalam pelarut yang mudah
menguap. Proses ini akan menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap.
6)
Penyelesaian
(printing)
Untuk mengidentifikasi
produk akhir dengan nama produk, logo, dosis, nama pabrik. Menggunakan tinta pharmaceutical
grade. Yang mana jika
ditambahkan sebelum polishing tinta akan melekat lebih kuat, tapi dapat hilang
secara bertahap Sedangkan jika ditambahkan setelah polishing: tinta tidak
melekat baik ke permukaan tablet yang mengandung wax (dapat diatasi
dengan menggunakan modified shellac.)
b. Tablet
salut selaput (film coated tablet / FCT), disalut dengan hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidros
propil selulosa, CMC-Na dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang
tidak mengandung air atau mengandung air.
c. Tablet
salut kempa tablet
yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosa,
kalsium fosfat dan zat lain yang cocok.
d. Tablet
salut enterik (enteric coated tablet), disebut juga tablet lepas tunda. Jika obat dapat rusak atau inaktif
karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan
penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati
lambung.
e. Tablet
lepas lambat (sustained release), disebut juga tablet dengan efek diperpanjang, efek pengulangan atau
tablet lepas lambat. Dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia
selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
3.
Berdasarkan
Cara Pemakaian
a. Tablet
biasa (tablet telan)
Dibuat tanpa penyalutan, digunakan peroral
dengan cara ditelan, pecah dilambung.
b. Tablet
kunyah (chewable tablet)
Bentuk seperti tablet biasa, digunakan dengan
cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan, rasanya umumnya tidak pahit. Tablet
kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut.
c. Tablet
hisap (lozenges, trochisi, pastiles)
adalah sediaan padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat
tablet melarut atau hancur perlahan - lahan dalam mulut.
d. Tablet
larut (effervescent tablet)
Dibuat dengan cara kempa, selain zat aktif juga
mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat
yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
e. Tablet
implantasi (pelet)
Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril
dan bersih hormon steroid, dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit
sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit.
f.
Tablet hipodermik (hypodermic tablet)
Adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan
yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan
lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
g. Tablet
bukal (buccal tablet)
Digunakan dengan meletakan tablet diantara
pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
h.
Tablet sublingual
Digunakan dengan cara meletakan tablet di bawah
lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut,
diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti
halnya tablet nitrogliserin.
i.
Tablet vagina (ovula)
Adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur
mudah melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan
sebagai obat luar khasus untuk vagina.
F. Macam
- Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
1.
Sticking/picking:
pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang disebabkan permukaan
punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin kurang, massanya
basah.
2.
Whiskering:
terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi pelelehan zat
aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.
3.
Spliting/caping
Spliting: lepasnya lapisan tipis dari
permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Caping: membelahnya tablet dibagian atasnya.
4. Motling: terjadi karena zat warna tersebar
tidak merata pada permukaan tablet.
5. Crumbling: tablet menjadi retak dan rapuh.
Komentar